Merah di Tepi Pagi
Ku bertanya padamu langit pagiMengapa memerah di tepimu?
Ku menatapmu langit pagi
Lalu kau lantunkan jawab itu padaku:
Cahayaku terjatuh condong menembus langitmu wahai bumi
Belum tiba masaku merambat lurus tegak di tanahmu
Namun lintas lurusku masih terlalu panjang
Maka ku biarkan molekul molekul itu menebar cahaya
Lalu ketika hitam telah habis menghambur auranya
Ku gantikan biru kuning dan merah
Namun pada akhirnya merah itu yang berhasil mencapai matamu
Wahai langit
Aku masih sulit mencerna jawabmu itu
Yang ku tahu, merah-merah itu hangat menembus kabutku
Maka ku biarkan hangat itu mencairkan kebekuanku
Maka ku biarkan segera mengering basah-basah di rumputku
Semarang, 6 April 2014
0 komentar: