Ini (bukan) Penghujung Kita part 2

03.39 0 Comments

Momen itu akhirnya kita lalui juga... tepat seminggu yang lalu. Seminggu ini entah rasanya bingung mau menuliskan apa untuk melanjutkan tulisan ini. Bahkan aku masih belum bisa menentukan ending babak kita di “panggung” ini.

Malam ini... masih di bawah langit sekaran yang kebetulan lagi mendung-mendung sendu ditambah gerimis-gerimis romantis. Ingin mengungkapkan satu hal  “berhusnuzonlah... bahwa terkadang suatu pilihan, suatu keputusan, entah itu harus terungkapkan atau tidak, berfikirlah ada alasan kebaikan di sana yang mungkin belum kita sadari.”
Berat... memang. Bukankah hampir semuapun tau, bahwa amanah adalah hal yang paling berat. Bahkan langit, gunung-gunungpun tak menyanggupi tuk memikulnya. Lalu seberapa kuat pundak kita? Kenapa Allah melimpahkan pada kita? Maka yang bisa kita lakukan tak lain meminta-Nya untuk menguatkan pundak kita, melapangkan dada kita, bukan meringankan amanah itu.

Dan kini, menyadari amanah itu telah tertunaikan sudah... diiringi suka duka, tangis tawa, pahit manis, kadang sangat menikmati, kadangpun ingin lari. Kita belajar bahwa setiap kesenangan dan kesemangatan ada momen jenuhnya, tapi kita juga belajar bahwa setiap badaipun ada redanya bukan? Dengan segala warna-warni ukhuwah menyelimutinya, perjalanan kita telah tertulis indah, hingga aku tak dapat lagi menulisnya saudara-saudariku....

Terima kasih awan...kau tetap menaungi. Tak usah kau risaukan jika mereka mengeluhkan mendungmu. Jika memang menghendaki hujan tuk turun, maka biarlah rintik rintik itu jatuh, lalu biarkan angin membawa pergi gelap..lalu kembalilah menjadi awan putih yang meneduhkan dan menaungi sekelilingmu....

Terima kasih matahari...kau tetap bersinar. Apapun terjadi, dengan segala keberjarakan matahari dengan bumi, bukankah cinta matahari pada bumi tetap abadi. Embun, ilalang, para dandelion, dan penghuni bumi lain akan tetap merasakan radiasi sinarmu kan? Tapi ingat juga, bahwa matahari tak hanya menyinari bumi...tapi amanahnya juga menyinari planet-planet lain bukan? Meski kau belum tau atau bahkan asing dengan penghuninya...kau bilang matahari tak redup sejak ia diciptakan,  maka tetaplah seperti itu, jangan redup, tetaplah bersinar, menebar peluh peluh kesemangatan...

Terima kasih ilalang...kau tetap kuat. Ku tau kau semakin kuat, meski terinjak atau bahkan tertiup angin. Tetap dan terus tumbuh hebat, terik maupun hujan, di tempat subur maupun gersang. Jangan pernah takut, jangan pernah ragu pada dirimu sendiri. Tak perlu iri pada tanaman lain yang terlihat lebih darimu, karena sesungguhnya kau teramat istimewa, jangan melihat diri sebagai tanaman yang kecil. Tapi lihatlah kau ilalang, tak tumbang, meski angin menggoyahkan...

Terima kasih langit biru....kau tetap menenangkan. Suasana mendung-mendung sendu membuat hadirmu semakin dirindu. Dengan segala kelapanganmu, ketenanganmu...tetaplah menjadi penentram bagi perindu ketenangan. Menjadi pengingat betapa luas kasih sayang-Nya. Dimanapun berada, langit... tetaplah membiru dan menenangkan....

Terimakasih sayap-sayap langit dan semua punggawa langit....

Semoga amanah yang telah kita tunaikan akan mendekatkan kita dengan cinta-Nya dan menjauhkan kita dari murka-Nya.

Selamat menunaikan amanah di panggung selanjutnya... satu panggung ataupun tidak, kita masih satu manajemen ko, manajemen langit... eh bukan, tapi dakwah lillah....hehehe

Ku akhiri dengan sebuah lagu:

Hari ini adalah lembaran baru bagiku
ku di sini karena Kau yang memilihku
tak pernah ku ragu akan cinta-Mu
inilah diriku dengan melodi untuk-Mu

dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
bukan karena kuat dan hebatku
semua karena cinta
semua karena cinta
tak mampu diriku berdiri tegak
terima kasih cinta

tak pernah ku ragu akan cinta-Mu
inilah diriku dengan melodi untuk-Mu

Jika dakwah adalah sebuah melodi
mungkin ialah melodi yang membuat hatimu merintih
mungkin ialah melodi yang membuat tubuhmu ringkih
mungkin ialah melodi yang membuat darahmu mendidih
mungkin ialah melodi yang membuat matamu menangis merana
tapi yakinlah ialah melodi yang membuat bibir tersenyum bahagia
....
THE END

Semarang, 25 Januari 2014

Erna

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: