Merapikan

01.02 0 Comments


Pernahkah sesekali membunuh segala kebosanan dengan memutuskan membaca ulang isi ponsel? Merapikan pesan-pesan yang masuk. Lantas menemukan sederet pesan singkat yang tak sempat kita balas. Entah dengan sederet alibi yang kita buat. Terlalu sibuk, riweh, limit pulsa, sedang susah jaringan, tak penting, atau sekadar menyengaja tak membalas. Tapi di lain waktu kita tersadar begitu banyak yang telah kita abaikan. Kita seringkali lupa betapa menyebalkannya ketika kita mengirim pesan tanpa ada balasan dari yang kita tuju bukan? Ternyata kadang kita juga lebih menyebalkan dari itu. 

Kita barangkali pernah jenuh di sela rutinitas. Semakin jenuh melihat berkas-berkas berantakan memenuhi memori gadget kita. Pernahkah sesekali memutuskan memberi jeda atas sederet deadline? Menata ulang folder-folder yang bertebaran. Menemukan folder album sederet gambar yang pernah kita abadikan. Membuka gambar-gambar usang tak ubahnya menaiki gerbong kereta waktu yang mengantarkan kita menuju ingatan yang tertidur pulas di amygdala otak kita. Tentang cinta, benci, bahagia, sedih, takut, khawatir, marah, kecewa, dan segala ingatan-ingatan emosional yang telah kita domisilikan di sana. Lantas tersenyum menyadari keluguan di masa lalu, menggenapi rindu lewat gambar sahabat, keluarga, atau siapapun yang mungkin lama tak kita jumpa, mereka ulang hal-hal yang pernah kita lakukan, momen-momen yang pernah kita lalui, tempat-tempat yang pernah kita jelajahi, atau sekadar merenungi betapa hal-hal di sekeliling kita terus berubah begitu cepat layaknya roda kereta yang cekatan menggesek relnya. 

Bagi sebagian kita, terkadang merapikan itu merepotkan. Banyak hal terserak tanpa kita sadar, merapikan tak lain menginsyafi, menggugah keinsyafan. Banyak hal terlalui tanpa kita sadar, merapikan tak lain mengenangi, menguak kenangan.

Selamat merapikan, apapun.

0 komentar: