Merapikan
Pernahkah sesekali
membunuh segala kebosanan dengan memutuskan membaca ulang isi ponsel? Merapikan
pesan-pesan yang masuk. Lantas menemukan sederet pesan singkat yang tak sempat
kita balas. Entah dengan sederet alibi yang kita buat. Terlalu sibuk, riweh, limit pulsa, sedang susah
jaringan, tak penting, atau sekadar menyengaja tak membalas. Tapi di lain waktu
kita tersadar begitu banyak yang telah kita abaikan. Kita seringkali lupa
betapa menyebalkannya ketika kita mengirim pesan tanpa ada balasan dari yang
kita tuju bukan? Ternyata kadang kita juga lebih menyebalkan dari itu.
Kita barangkali pernah
jenuh di sela rutinitas. Semakin jenuh melihat berkas-berkas berantakan
memenuhi memori gadget kita.
Pernahkah sesekali memutuskan memberi jeda atas sederet deadline? Menata ulang folder-folder yang bertebaran. Menemukan
folder album sederet gambar yang pernah kita abadikan. Membuka gambar-gambar
usang tak ubahnya menaiki gerbong kereta waktu yang mengantarkan kita menuju
ingatan yang tertidur pulas di amygdala
otak kita. Tentang cinta, benci, bahagia, sedih, takut, khawatir, marah,
kecewa, dan segala ingatan-ingatan emosional yang telah kita domisilikan di
sana. Lantas tersenyum menyadari keluguan di masa lalu, menggenapi rindu lewat
gambar sahabat, keluarga, atau siapapun yang mungkin lama tak kita jumpa, mereka
ulang hal-hal yang pernah kita lakukan, momen-momen yang pernah kita lalui,
tempat-tempat yang pernah kita jelajahi, atau sekadar merenungi betapa hal-hal
di sekeliling kita terus berubah begitu cepat layaknya roda kereta yang cekatan
menggesek relnya.
Bagi sebagian
kita, terkadang merapikan itu merepotkan. Banyak hal terserak tanpa kita sadar,
merapikan tak lain menginsyafi, menggugah keinsyafan. Banyak hal terlalui tanpa
kita sadar, merapikan tak lain mengenangi, menguak kenangan.
Selamat
merapikan, apapun.
0 komentar: