Seorang Kakak Lelaki

04.16 0 Comments

Kamu tahu bagaimana menjadi anak lelaki selepas ibunya melahirkan putri sepertimu? Tangis kecilmu layaknya penyampai amanah Tuhan bahwa aku saat itu juga menjadi seorang bapak kedua untukmu. Bahkan bagi seorang yang masih belasan tahun, atau seorang yang masih dua tahun sepertiku dulu, sama sekali kebeliaan tak bisa menjadi alibi keberatanku pada amanah Tuhan itu. Selamat datang tuan putri, terima kasih atas kehadiranmu yang menyemaikan senyum bapak dan ibu. Kamu yang masih begitu mungil sangat manis dan lucu saat itu. 

Dulu aku belum paham bagaimana menjadi seorang kakak lelaki. Ibu akan marah jika aku mengajakmu hujan-hujanan berperahu jerami di sungai. Lelaki kecil sepertiku dulu hanya tahu bahwa ketika kamu terlihat begitu bahagia melakukannya maka aku akan mewujudkannya. Ternyata tidak mudah menjadi seorang kakak lelaki untuk adik perempuannya. Kata ibu, aku harus bijaksana, harus kuat, dan harus bisa melindungimu. 

Maka aku yang bertanggung jawab atas pelajaran- pelajaran yang kamu tidak paham di sekolah, mengajari tugas membuat kerajinan, membuatkan mainan, menjawab penasaran-penasaranmu tentang banyak hal di dunia. Barangkali begitulah cara Tuhan mengajariku bahwa aku harus menjadi orang yang tanggap dan serba bisa. 

Maka aku harus memastikan alasan kamu menangis di sekolah, menemui kakak kelas yang menakalimu. Aku harus memberikan pertolongan pertama saat kamu jatuh dari belajar sepeda, bermain egrang, atau sekadar tersandung ketika berlari. Barangkali begitulah cara Tuhan mengajariku bahwa aku harus menjadi orang yang peka dengan luka orang lain, bagaimana merawat luka, dan bagaimana menjadi seorang yang tak melukai orang lain. 

Maka sejak aku menjadi kakak lelaki untuk seorang adik perempuan, aku berjanji pada diriku sendiri. Bahwa aku sebisa mungkin tak akan melukai apalagi mempermainkan seorang perempuan. Aku tak ingin merepotkan kakak lelaki lain yang juga sedang melindungi adik perempuannya.

0 komentar:

Kelak

00.55 0 Comments

"Kak, sudah menemukan?" Tanya seorang adik perempuan.
"Menemukan?" Kakak lelaki balik bertanya.
 Adik perempuan hanya tersenyum.
Kakak lelaki mulai mengerti arah pertanyaan adiknya.

 "Kak, kakak akan memilih yang mana? Aku yang lebih dulu ditemukan atau kakak yang lebih dulu menemukan?" Adik perempuan bertanya lagi.
 "Menurutmu mana yang akan lebih sulit, meninggalkan atau ditinggalkan?" "Sama-sama tidak mudah." Jawab adik perempuan.
"Tak usah risau, tak perlu khawatir kamu ditinggalkan ketika aku telah menemukan nanti, justeru aku membawakan teman perempuan untukmu juga." Jawab kakak lelaki.
Adik perempuan hanya terdiam.
"Atau sudah ada seorang yang menemukanmu? Aku akan dengan senang hati menyambutnya. Aku akan sangat lega ada seorang yang akan menjagamu. Dia haruslah lelaki yang mampu menuntunmu dalam kebaikan, membuatmu ikhlas menjadikannya sebagai muara ketaatan, menerima kamu sebagai dirimu sendiri, dan tentu saja seorang yang cukup 'sabar dan peka' membersamai perempuan sepertimu." Jawab kakak lelaki sambil tersenyum menyindir.
Adik perempuan hanya tersenyum getir.
Kakak lelaki kembali tidak mengerti arah pertanyaan adiknya.

0 komentar: