Bukan Jalan Biasa

21.17 0 Comments

Sore... 
Memandang wajah-wajah baru yang sibuk dengan mimpinya, sibuk dengan semangat barunya. Entah tiada yang bisa menerka yang di balik wajah-wajah semangat itu, apa yang tertanam di hati-hati yang masih murni, polos, putih. Merekalah generasi-generasi peradaban, mutiara-mutiara di dasar samudra. Ya, mutiara yang belum nampak karena tertutup kerasnya kulit kerang sebagai tempatnya tumbuh. –Up grading magang EKSIS 1434H (5/10)

Sekejap bayang masa itu muncul kembali, sekilas menyorot masa lalu. Ketika seorang anak manusia yang masih begitu polosnya memulai tapak langkahnya di jalan ini. Jalan yang sebelumnyapun tak benar-benar ia pahami. Jalan apa ini? Kenapa harus jalan ini? Benarkah jalan ini? Haruskah aku di sini? Haruskah aku? Dan begitu banyak lagi pertanyaan lain dibenaknya.

5 Maret 2013, tepatnya pukul 02.33 wib. Dering ponsel membangunkan dari lelap tidurnya. Sebuah pesan yang membuat terhenyak, entah kenapa degup jantungnya terasa melebihi kecepatan normal, mata yang masih sayu sekejap terbuka lebar. Ah, apa ini mimpi? Pikirnya, Setengah tak percaya membaca pesan singkat itu. Dibacanya lagi dan lagi...

Aslmkum, barakallah antum terpilih sebagai bla bla bla di EKSIS 1434 H. Semoga antum bisa amanah mengemban tugas mulia ini. (konfirmasi kesanggupan saya tunggu hari ini juga)
_masul eksis_
*EKSIS: Rohis (LDK) FE UNNES

Ya Allah... Apa ini? Lagi lagi muncul tanya di hatinya. Bingung, bimbang, ragu. Benarkah ini? Kenapa aku? Lantas harus bagaimana? Dan akhirnya ia memutuskan menghentikan sejenak kemelut fikirannya itu. Bergegaslah ia menyejukkan diri dengan air suci lantas bersiap menghadap rabbnya, sang Pemilik Hati yang sesungguhnya. Namun kembali, isi pesan singkat itu lagi-lagi muncul di memori fikirannya.

“Ya Robb... Aku merasa belum pantas. Amanah ini, benarkah untukku? Siapa aku?” di sela panjat doanya, lirih.

Dan ia hingga jelang fajar shubuh ia masih sibuk dengan kebimbangan hatinya. Kemudian diingatnya lagi, ketika ia meniatkan diri untuk merapatkan dirinya di barisan dakwah, seketika ia teringat lagi sebuah ayat Al Quran- Al Huda - yang menjadi penugasan hafalan dalam suatu agenda (masih di ranah dakwah kampus juga).

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad: 7)
Diingatnya lagi, detapa diri masih perlu dibenahi, betapa ingin perkaya ilmu tuk bekal diri, betapa ingin membermanfaatkan diri, dan satu hal lagi yang tak kalah memberatkan pertimbangan hati, bahwa betapa ia rindu kawan-kawan yang sebenarnya sudah lama ia ingin berada di tengah-tengah mereka. Wajah-wajah yang meneduhkan, wajah-wajah penuh kelembutan, penuh keramahan. Ya, betapa hangat mereka.
Lantas ia putuskan menekan tombol “reply” dan mengetik singkat, cukup 2 kata,

InsyaAllah siap

Begitulah sedikit cerita tentang ia yang dulunya ‘menganggap’ moment itu awal langkahnya di jalan dakwah. Ya, saya tekankan lagi ‘menganggap’ karena belakangan ia baru menyadari bahwa jalan ini bahkan sudah lama ia tapaki, karena perjuangan ini bahkan sudah dimulai jauh sebelum ia menekan tombol “reply” itu.
Maha besar Allah, jalan ini memang bukan jalan biasa. Tak terlihat oleh mata hati yang buta. Butuh perjuangan yang bukan sekedar perjuangan biasa, kontribusi di sana bukan kontribusi biasa, lelah di sana bukan lelah biasa, dan tidak butuh orang-orang biasa, melainkan orang-orang yang luar biasa. Dan semua pertanyaan di hati terjawab sudah, segala keraguan, kebimbangan, kebingungan itupun akhirnya sirna. Sebuah kalimat yang membuat speechless, bahwa tanpa kitapun dakwah itu akan tetap ada, namun sesungguhnya kitalah yang membutuhkan dakwah.



Semarang, 5 Oktober 2013

Erna

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: