Adakalanya Bintangpun Redup

21.11 0 Comments

Belajar dari bintang, adakalanya iapun meredup. Tapi redup itu bukan alasan baginya untuk menjauh dari titik edarnya, atau berhenti pada titik redup itu.  Redup, senyap, gelap, semua  itu menyesakkan memang, tapi bukankah redup itu mengajarkan bintang untuk tetap tawadhu. Karena terang sinarnya itu bisa saja meninggikan angannya, menguji keangkuhannya. 
Bagaimana tidak? Manusia begitu memuji kilaunya, terpesona kelip sinarnya... padahal mereka sedikit yang tahu bahwa dibalik kilaunya, sinarnya, yang memang nampak indah dilihat dari jauh, tapi dari dekat bintang-bintang itu ada yang berdebu, berkerikil, atau bahkan berjurang. Tapi Maha Besar Allah, dijadikannya indah di mata manusia.
Begitupun diri kita. Lagi-lagi Allah begitu baik, Dia menutupi kekurangan-kekurangan kita, aib-aib kita di mata manusia lain.  Lalu pantaskah kita berjalan di bumi Allah ini dengan sikap sombong? Angkuh? Atau merasa hebat? Padahal semua itu bukan 100% karena diri kita baik, tapi Allah masih menutupi kekurangan kita. Sudut pandang orang lain terhadap kebaikan kita ialah bias, Allahlah  yang mengatur segalanya.
Lalu bagaimana kaitannya dengan bintang yang redup tadi? Sama saja. Kitapun sebagai manusia adakalanya mengalami masa di mana kita merasa tak indah, tak baik, tak pantas, atau lebih menyesakkan lagi dipandang rendah manusia lain. Berfikir positiflah bahwa itu cara Allah mengingatkan kita, menegur kita, menguji keikhlasan kita. Bukankah seorang hamba yang benar-benar ikhlas itu tak terpengaruh oleh pujian ataupun hinaan, yang Dia lakukan adalah tulus mengharap ridho-Nya.
Mari perbaiki diri di mata Allah :)


Semarang, 4 Oktober 2013

Erna

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: